English Globally, Learning Widely.

Thursday, March 28, 2024

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

Oleh: Tomy Widiyanto, S.Pd.
SD Negeri 1 Banyuurip

Sebelum saya memperlajari modul 1.1, saya beranggapan bahwa saya sebagai guru memandang peserta didik ibarat sebuah kertas kosong, pembelajaran bertarget pada kurikulum, peserta didik memiliki keseragaman dalam berpikir, dan guru berhak memberikan hukuman kepada peserta didik bahkan dengan hukuman berat yang tak ada dasarnya sekalipun. Selain itu, saya dulu selalu menerapkan pembelajaran yang berpusat pada guru dimana metode ceramah adalah suatu metode favorit yang mudah untuk diterapkan tanpa memperhatikan ketertarikan, minat, dan potensi peserta didik dalam mengikuti keaktifan pembelajaran. Karena m
asih berpusat pada seorang guru sebagai pusat ilmu sehingga kemandirian dan keaktifan peserta didik masih sangat kurang. Dalam konteks proses pembelajaran, saya masih kurang memahami tentang kenyamanan peserta didik dan memerdekakan mereka dalam belajar sehingga menurut saya apabila mereka mengikuti pembelajaran dengan tenang memperhatikan guru saat menjelaskan materi, tepat waktu dalam mengumpulkan tugas-tugas mereka, serta selalu hadir di kelas atau tidak pernah alpha/bolos maka saya anggap para peserta didik tersebut telah mencapai suatu keberhasilan dalam belajar. Disisi lain, saya berpikir bahwa peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila mereka mengikuti pembelajaran dengan saya dengan penuh ketaatan dan kedisiplinan, kemudian mereka dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya dengan baik dan benar serta memperoleh nilai-nilai yang bagus sesuai dengan tuntutan kurikulum. Namun, setelah saya mempelajari Modul 1.1, saya dapat menemukan suatu kesimpulan serta dapat merefleksikan bahwa pendidikan sejatinya memiliki suatu tujuan untuk menuntun segala kodrat baik alam maupun zaman yang dimilik oleh setiap peserta didik agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan anggota masyarakat. 

Kodrat alam  berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana peserta didik berada atau karakter dan sifat dasar yang dimiliki oleh peserta didik. Pendidikan yang memperhitungkan kodrat alam akan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi masing-masing. Misalnya, seorang anak dengan kecenderungan seni akan lebih berkembang jika mendapatkan pendidikan yang mendukung pengembangan bakat seninya. Untuk itu dalam hal ini guru harus memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan ide, berpikir kreatif, mengembangkan bakat atau minatnya. Tapi yang perlu digaris bawahi bahwa kebebasan tersebut bukanlah kebebasan mutlak, karena peserta didik membutuhkan tuntunan dan arahan dari pendidik. Sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama artinya konten pengetahuan yang diadopsi berdasarkan sosial budaya Indonesia dan perkembangan zaman. Lalu, mengapa pendidikan harus memperhatikan kodrat zaman, sebenarnya alasannya cukup sederhana. Karena keterampilan yang harus dikuasai juga terus berkembang, sehingga pendidikan harus mampu menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan sesuai dengan zamannya.

Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pendidikan seyogyanya menghamba pada peserta didik. 
Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan peserta didik dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya peserta didik. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya dalam hidupnya. Ketika seorang guru memuliakan peserta didik, maka tanpa disadari dalam diri mereka akan tumbuh rasa nyaman, percaya diri dan bahagia. Kondisi ini akan bisa memudahkan peserta didik untuk menyerap ilmu pengetahuan yang guru sampaikan sehingga akan membawa hasil belajar yang memuaskan. Perubahan pendekatan yang awalnya Teacher Centered menjadi Student Centered juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang menghamba pada anak; artinya pendidikan dengan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Saya sebagai guru memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan pengalamannya sendiri sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif, dan selalu ditantang untuk berpikir kritis.

Ada pepatah mengatakan “bagaimana contoh, begitulah gubahnya” artinya: peserta didik selalu meniru tauladan gurunya, seorang anak selalu mencontoh kelakuan orangtuanya. Berkaitan menuntun dalam konteks pendidikan anak mengacu pada peran orang tua atau pendidik dalam membimbing, mengarahkan, dan mendukung perkembangan anak-anak mereka secara positif.  Dalam hal memahami nilai-nilai, norma-norma, dan etika yang baik. Contohnya, nilai-nilai Pancasila yg terkandung dalam Kurikulum Merdeka (beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkebinekaan global, gotong royong mandiri, kreatif, dan bernalar kritis), berbicara santun dan tidak menggunakan nada tinggi ketika berbicara kepada orangtua, menunduk ketika berjalan dihadapan orang lain, membuang sampah sesuai tempatnya, tidak membuat keributan dikelas ataupun sekolahan, tidak korupsi, menghormati dan bertoleransi terhadap sesama yang berbeda suku dan agama, menjenguk orang sakit, mentaati peraturan yang diberlakukan di lingkungan setempat, bersikap jujur, disiplin dan bertanggungjwab. Tentunya hal ini didasari dengan penanaman budi pekerti sesuai dengan pemikiran KHD yaitu perpaduan cipta (kognitif), karsa (afektif), dan karya (psikomotor). 

Supaya kelas yang saya ampu dapat mencerminkan pembelajaran yang sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantoro maka ada beberapa hal yang akan saya terapkan diantaranya saya akan mengidentifikasi karakteristik peserta didik terkait kebiasaannya, gaya belajarnya, kemampuannya dalam menyerap materi pelajaran, serta bakat dan minat yang peserta didik miliki. Kemudian, saya akan merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan merdeka. Saya juga akan membuat kesepakatan di kelas bersama seluruh peserta didik kelas agar mereka tidak merasa terpaksa dan lebih bertanggung jawab melaksanakan kesepakatan. Saya akan menjadi teladan dan pemberi semangat atau dorongan dalam menanamkan nilai-nilai karakter peserta didik. Dengan saya mengajar menyesuaikan kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik, saya ketika mengajar tidak harus berada didalam ruang kelas saja tetapi bisa melibatkan kondisi diluar sekolah atau lingkungan yang ada dan semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi yang berkembang di zaman saat ini sehingga memudahkan saya dalam mengimplementasikan pengajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan.  Selain itu, saya akan melakukan pendekatan secara emosional kepada peserta didik maupun orang tua guna mencari solusi terbaik dalam setiap kendala yang dihadapi oleh peserta didik dan bersama-sama menuntun mereka untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya dalam hidup mereka.

Demikian kesimpulan dan refleksi Modul 1.1 mengenai pemikiran dan filosofi pendidikan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yang telah saya pelajari sebagai pengetahuan dan pengalaman baru untuk perubahan diri dan lingkungan yang lebih baik dan tentunya untuk diterapkan di kelas dan satuan pendidikan saya mengajar.